Monday, March 15, 2010

One day street photoshoot

Oh, God! it's been so long after my last post!
still less with what i've done on this blog and this year i promise to my self to do this more serious! i love writing, i do...that's why im kind of busy with my Novel's project and also makking sum design for Malang indie store.

For a month i challanged my self worked at one of cafe in Malang. It wasn't easy to balanced it with my study...so i quite and back to design and writing.

Lot things happened to me...my new hubby!^^, lot of project and else...including my father got sick and im so sad about that! i love him too much! but he's better now...:)

These are photoshoot taken by my friends...these taken by Danar Wiguna.




















These taken by Ade Bagus




















It was located at Parking lot of Pasar Besar, it's a traditional market at Malang i guess, i don't know how to call it actually! Haha...
There was another model, i took her picture for my final semester.

Loose top : i bought it from Gedebage Bandung
Backless top : no label, i bought it soo long ago at Melaway, Blok M, Jakarta.
Black skinny high weist : i ordered from my family in Jakarta, ITC Ambasador maybe.
The rebel boots : my father's, it was old and vintage.
all those bracelets i bought from Bandung, Jakarta and Jogja.
chain necklace : Diva
'Allah' necklace : from my friend

hey, this is one of my paper called Precious. Sorry can't translate to English coz i think it would be better and sound beautiful in Indonesia.


Ketika itu...aku adalah bocah yang tidak mau mengerti tentang orang lain. Aku bocah yang terperangkap dalam tubuh pria dewasa. Mereka bilang aku seniman Don Juan, roman picisan atau kekanak-kanakan. Yah, dulu..aku menjunjung tinggi kehidupan penuh permainan dan kesenangan seperti itu.

"Sesuatu yang berharga adalah sesuatu yang dijaga, bukan sesuatu yang disesali saat tidak lagi dimiliki." Itu adalah kalimat yang kini terus kupegang, kalimat dari kaka laki-lakiku tersayang. Rival terbesarku sekaligus sahabat terbaik yang paling mengerti aku.

Dulu aku hanya tertawa mendengar kata-kata itu. "Ketika sudah tidak lagi kumiliki, aku akan membuatnya jadi milikku kembali! Haha...apa yang aku inginkan pasti aku miliki!"

Dan aku salah...tak semua bisa kumiliki...

__________________________

________

"Pagi..."

Bidadari manis dari mana yang membangunkanku sepagi ini? membuka tirai jendela dan menyodorkan secangkir susu coklat hangat. Hmmm...harum tubuhnya membuka mataku. Gadis berwajah lembut dengan rambut panjang terurai berwarna hitam kemilau. Kulitnya berwarna kuning kecoklatan khas gadis-gadis Indonesia. Matanya berwarna coklat bening dengan hiasan bulu mata lentik. Wajah polos dengan make up seadanya...yah, dia bukan bidadari berwajah menor dibalut busana mini dengan tubuh semok yang biasa berlalu lalang di ibu kota.

Harumnya masih terasa bahkan ketika dia meninggalkan kamarku...

"Kenapa bengong?!" Suara berat kakaku mengagetkan. "Pasti kamu terkaget-kaget melihat sosok barusan? Haha..".

"Halah..dia bukan tipeku Gas...lo tau kan gw suka perempuan seperti apa?" Pandanganku tertarik ke arah taman di depan jendela kamarku. Gadis itu layaknya peri bergaun putih, menyirami taman tempat tinggalnya.

"Hmmm...biar kubayangkan. Gadis bertubuh sekal dengan dada menggumpal, pantat aduhai, kulit putih mulus buatan, mata menggoda, rambut karatan khas metropolitan, kaki panjang, bedak dempulan, baju mini setengah badan....hahh..."

gadis itu melambai melihat aku dan kakakku berdiri di depan jendela. ia tertawa lebar...

"Helmira Ratna Kusuma. Anak dari pengusaha kebun teh ternama di Bandung. Keahlian? Jangan ditanya..dia dididik untuk menjadi ibu rumah tangga dan wanita karir sekaligus. Sarjana Hubungan Internasional lulusan luar negeri, jago masak, handal dalam urusan rumah tangga, dan pasti kamu pernah membaca salah satu novelnya yang tahun kemarin menjadi best seller...di puji sebagai novel cinta yang tak biasa. Kamupun memujinya sebagai pencerahan di tengah-tengah karya roman picisan lainnya. Satu lagi yang harus diwaspadai, dia ahli Thai boxing."

"haha..kamu berbicara, menjelaskan panjang-lebar seolah-olah menjadi cupid dan gwe ditakdirkan untuk menikah dengan dia, memiliki keluarga besar yang bahagia. No brother! gwe ga suka terikat."

"Yah, utarakan itu kepada ibumu tercinta. Dia yang memilihkan gadis itu untukmu, dan seperti biasa ayah hanya mengangguk menyetujui semua kata-kata bidadarinya tercinta."

"itulah kelemahan ayah...ayah kalah oleh cinta! Hidup itu kebebasan bro!"

"Tapi dalam setiap kebebasan manusia harus memiliki tujuan. Dan ayah memiliki segalanya. Karir dan kekayaan yang bisa membuatmu hidup enak sampai saat ini, cinta yang membuatnya mendapatkan anak-anak yang ia cintai lebih dari nyawanya dan ia mensyukuri semua itu dengan tetap mencinta Tuhan dan mempercai keberadaan-Nya. Tuhan yang memberikannya pendamping yang akan menemaninya ketika tua, keriput dan dianggap tak berharga."

"Hah..lo itu duplikatnya ayah gas! Kaku...c'mon! Have fun with your life! Apa perlu gwe kenalin sama kenalan cwe gwe..Lo mau yang kaya gimana? Dista yang..hmm..nakal. Erika yang walalupun habbitnya yang manja kadang nyebelin tapi dia tuh...well, u know what i like bro..owh! Siska Bimantara...she's almost perfect! smart, beautiful, sexy...."

"Haha...aku tidak membutuhkan semua gadis itu. Aku sudah punya pilihan hatiku..."

___________________________________________

Aku tidak munafik..kehadiran Ira, begitu kami di rumah ini memanggilnya, sedikit merubah rutinitasku. Kini aku terbiasa bangun pagi dengan ditemani senyumnya dan secangkir susu hangat, sarapan pagi bersama keluarga. Aku merasakan kehangatan yang tidak seperti biasanya..bisa melihat senyum ibuku yang kini baru kusadari terlihat lebih tua, tetapi dengan kecantikannya yang luar biasa. Pantas ayahku tergila-gila, bukan hanya kecantikannya, di masa muda ibuku terkenal karna kecerdasannya di akademik; keberaniannya sebagai aktivis kampus; keramahannya yang membuat semua orang merasa dihargai. Dia satu-satunya wanita yang menakhlukkan keangkuhan ayahku.

Ira bisa saja tiba-tiba muncul di studio tempat aku bekerja sebagai fotografer lepas dan di tempat aku hanya sekedar meroko dan tertawa bersama sekumpulan lelaki yang 'hampir sama' sepertiku. Jujur saja, aku tidak perhatian berlebihan yang diberikan teman-temanku kepadanya. aku tidak menyukai ketika dia membawakan makan siang bukan hanya untukku, atau ketika ia tertawa bukan karena cerita-ceritaku.

__________________________________________

Sampai ketika ibuku memintaku untuk menikahi Ira. Kami bertengkar hebat dan...dan aku melihat raiut wajah Ira yang tanpa senyuman ketika aku berteriak, "Aku tidak menyukainya! Aku tidak mencintainya dan aku tidak akan menikah dengannya atau gadis manapun! Aku tidak akan menjadi seperti ayah yang diperbudak oleh cinta!"

Dia tidak menatapku, "Cinta itu yang telah melahirkanmu, Bagas dan juga Ellen, adikmu. Cinta juga yang telah membesarkanmu hingga bisa memiliki segalanya."

Ira melangkah ke arah ibuku dan merengkuh ibu dalam pelukannya. Sebelumnya aku tidak pernah membuat ibu menangis seperti itu. Aku berpaling...berlari dari rasa perih yang menjalar yang telah membuat peluh keringatku berjatuhan dan mengeraskan urat2 dalam tubuhku.

Itulah saat terakhir aku bertemu ibuku. Meninggalkan rumah yang telah kutinggali selama 24 tahun. Meninggalkan keluargaku dan..Ira.

Tiap kehadirannya dalam ingatanku, aku menepisnya. Membohongi diriku, mencari pelampiasan bersama wanita-wanita yang bahkan tidak kukenal. Tetapi dalam setiap pelarianku, ketika aku tersungkur, di situlah Ira berdiri. Mengulurkan tangannya dan tersenyum. Dalam setiap pertemuanku dengannya, tak sekalipun ia berbicara tentang kejadian 'itu'. Dia tersenyum seperti dulu. Merawatku ketika aku sakit dan membutuhkan sosok ibu. Dan aku mencium aroma ibu dari Ira. Melihat senyum ibu diwajahnya.

DAn ketika aku tersadar, aku tetap meninggalkan aroma itu. Berlari kembali mencari apa yang kusebut sebagai kebebasan. Bermain sesuka hati. Wanita datang silih berganti. Satu yang kuyakini, ketika aku 'pulang', Ira akan berdiri di sana dan memelukku. Aku tak perlu taku kehilangan sosoknya, dia tergila-gila padaku.

______________________________

"Ra...Ira!!!" Kupukul-pukul dengan keras pintu rumah mungil itu.

Ira keluar dari balik pintu dengan gaun tidurnya dan tetap saja mempesonaku.

"Kamu mabuk lagi ya? Kali ini kenapa?" Ira memapahku masuk ke dalam rumahnya. "Siapa lagi gadis yang meninggalkanmu? Apa masalah pekerjaan?" ia memberedeli sepatu dan kaos kakiku.

"Aku buatin susu anget dulu ya.."
Kutarik lengannya, "Jangan...jangan pergi." kutundukkan kepalu dan menyandarkannya di perut Ira. Kupeluk pinggangnya yang ramping. Dan seperti biasa, ia membelaiku dengan sayang.

Aku terbangun dan mendengar suara Bagas di ambang pintu kamar.

"Kita tidak bisa terus memanjakannya. Dan kamu tidak bisa terus-terusan mengalah untuknya..cobalah mengerti posisiku!"
SAyup-sayup suara Bagas terdengar. "Aku terlalu mencintaimu! Dia adikku, tapi aku tidak tahan melihatnya memperlakukanmu seperti sampah!"

Ira terdiam dan melihatku terhuyung berjalan ke arahnya. "Mara!" ia memapahku ke sofa.

"Tinggalkan kami berdua Ira..". Bisik Bagas pada Ira.

"Kamu terlihat sangat menyedihkan...sudah kau temukan kebebasanmu?"

"Sudahlah, apa yang mau lu sampein sama gw? Kenapa Ira sedih?

"ternyata kamu masih perduli apakah Ira sedih atau tidak?"

"Tentu saja!" Jawabku sengit.

"Atas dasar apa?"

"Gwe...Gwe..Gwe sayang sama dia!"

"Dan aku mencintainya lebih dari yang kamu tau!"

Aku terdiam. "Aku telah melamarnya, kami akan menikah."

Aku tertawa, ku anggap semua bohong. Tidak mungkin Ira meninggalkanku, dia mencintaiku! "Lo mabok Gas...Ira, Ira itu cuma cinta sama gwe!"

"SAtu-satunya alasan Ira tetep ada di samping kamu cuma karena itu pesen terakhir ibu sebelum meninggal! Ibu cuma pengen Ira menjaga kamu! Ibu menjagamu melalui Ira!"

"Lo ngomong apa si Gas??!! Maksud lo apa pesen trakhir ibu?! Jaga mulut lo! Mana mungkin ibu meninggal tapi gwe ga tau!"

"Karna kamu sibuk dengan kebebasanmu dan menggoda wanita-wanita murhan di jalan! Tidak sekalipun kamu menjejakkan kaki ke rumah dan melihat bagaimana kondisi ibu! Atau ayah yang hancur karena kehilangan istri yang dicintainya! Lihat sekarang, bagaimana ayah tergolek lemah memanggil-manggil nama ibumu! memanggil namamu!"

"Lo ga bilang! Ira ga pernah bilang!"

"Karena ibu ga mau maksa kamu pulang! Dia mau kamu pulang atas kesadaran kamu! Ibu tidak ingin kamu merasa terkurung dengan cintanya!"

Aku menjadi sosok lelaki yang sangat cengeng! seperti bayi, konyol! Aku menangisi semua yang telah kulewatkan, semua yang telah hilang dari hidupku tanpa aku pernah berusaha menjaganya. Aku kehilangan ibuku..dan Ira..dia akan meninggalkanku...

Ira memelukku...ya, aku butuh pelukan ini. Ira..milikku..
"Kamu ga boleh ninggalin aku...kamu milikku Ra!!!"

"Sadarlah, Mara Ardi Subagja, tidak semua hal bisa kamu miliki. Lihatlah dirimu, apa yang bisa kamu berikan untuk Ira? cinta? kamu tidak punya hati untuk mencintai..kamu hanya mencintai kebebasanmu. Harta? kamu tidak lagi memiliiki itu ketika kamu membunuh ibuku!"

"Diem lo Gas!" Aku meninju wajah Bagas dengan penuh kemarahan. "Gwe ga pernah bunuh ibu gwe!"

"Hentikan Mara! Hentikan!

Aku menoleh ke arah Ira, "kamu pilih aku atau Bagas?!"

"Semuanya telah berubah sejak kamu pergi. Hati aku juga berubah..alasan aku bertahan di sampingmu adalah ibumu.... Dan aku, aku telah lama belajarmenerima cinta Bagas dan hatiku belajar untuk mencintainya. Dan aku belajar untuk tidak memilikimu.."

___________________________________

"Om Mara!!!" Dua keponakan kecilku yang kembar berlarian mengelilingi pekarangan rumah.

Melihat mereka, mengingatkanku akan pernikahan kedua orang tua mereka.
Melepaskan milikmu yang paling berharga demi kebahagiaannya adalah hal terbaik yang pernah aku lakukan. Melepaskan Ira adalah keputusan terbaik yang pernah aku buat. Dan akhirnya keputusan itu mampu menuntunku menemukan tujuan hidupku.

Kakakku menikah dengan gadis yang kucintai, dan aku terlambat menyadari hal itu. Tetapi itu lebih baik, toh, akhirnya aku tetap bisa melihat Ira dengan senyumnya...melalui cintanya, ia memberiku dua ponakan perempuan yang kecentilannya mengalahkan model-model wanita yang bisa membuat istriku cemberut. Hahaha..iya, akhirnya aku mengakhiri kebebasanku. Menemukan seseorang yang bisa mengikatku.

Almaeda. jauh berbeda dari Ira. Ia tidak memiliki kelembuatan seorang ibu seperti Ira. Dia sosok gadis yang kuat, tetapi aku jatuh cinta dengan kelemahannya yang menjadikannya begitu sempurna dimataku. Aku tak lagi menutup mataku hanya untuk sosok Ira yang tidak lagi menjadi milikku. Aku menjaga apa yang kumiliki, membuatnya tetap ada di sampingku.

_Sabtu, 14 November 09_

Okay, thanks for attention! Have a wonderful day u all!


0 comments: